Meningkatkan Literasi untuk Memperkuat UMKM Indonesia: Kunci Menuju 2045

Indonesia tengah menuju visi besar Indonesia Emas 2045, sebuah peta jalan untuk menjadi salah satu kekuatan ekonomi terbesar di dunia. Namun ada satu fakta penting, yaitu cita-cita ini tidak akan tercapai tanpa UMKM yang kuat, adaptif, dan kompetitif. Mengapa? Karena saat ini UMKM menyumbang lebih dari 61% PDB nasional dan menyerap 97% tenaga kerja di Indonesia (BPS, 2024). Artinya, kualitas UMKM mencerminkan kualitas ekonomi Indonesia. Tantangannya adalah banyak UMKM yang belum memiliki pemahaman dasar yang kuat terkait literasi digital, finansial, manajemen, dan inovasi. Akibatnya, pengetahuan yang mereka miliki belum bisa diterapkan menjadi keputusan bisnis yang tepat. Pada dasarnya, literasi bukan hanya soal membaca informasi, tetapi juga memahami, mengolah, dan menggunakannya untuk mengambil keputusan yang lebih cerdas dan sesuai dengan kebutuhan usaha. Mengapa Literasi Penting untuk Pertumbuhan UMKM? Literasi bagi UMKM mencakup empat aspek utama: • Literasi Finansial (cashflow, pinjaman, budgeting) • Literasi Digital (e-commerce, pemasaran digital, data insight) • Literasi Manajerial & Bisnis (strategi, inovasi, tata kelola) • Literasi Operasional (supply chain, produksi, layanan pelanggan) UMKM yang memiliki tingkat literasi tinggi terbukti: • Lebih cepat beradaptasi dengan perubahan pasar • Lebih mudah mengakses pembiayaan • Lebih inovatif dalam pengembangan produk • Lebih siap memasuki pasar ekspor Data terbaru menunjukkan progres positif, tetapi masih ada gap besar. Artinya, banyak UMKM yang sudah online, tetapi masih belum melek digital secara strategis. • Tingkat literasi finansial nasional meningkat dari 49,68% (2022) menjadi 65,43% pada 2024 (SNLIK – OJK & BPS). • Namun, hanya ±32% UMKM yang merasa mampu mengelola cashflow bisnis secara akurat (OJK, 2024). • Data KemenKopUKM (2024) menunjukkan 70% UMKM mengalami kendala adaptasi digital, terutama dalam pemasaran online dan pemanfaatan teknologi. • Deloitte Indonesia (2024) mencatat bahwa hanya 18–22% UMKM yang memanfaatkan data insight untuk pengambilan keputusan bisnis. Beberapa hambatan utama UMKM untuk bertransformasi dari bertahan menjadi tumbuh yang secara garis besar merupakan dampak dari rendahnya literasi: a. Kesulitan mengakses pembiayaan, karena tidak paham administrasi keuangan atau skema pendanaan. b. Inovasi berjalan lambat, karena tidak mengikuti tren pasar dan perubahan perilaku konsumen. c. Tata kelola bisnis lemah, karena keputusan bisnis lebih banyak berdasar pada intuisi dibandingkan data atau strategi. d. Sulit naik kelas, artinya usaha tetap berada pada level survival bukan scaling. Pada akhirnya, tantangan literasi yang masih dihadapi banyak UMKM hanya bisa teratasi jika pengetahuan tidak berhenti sebagai teori, tetapi diterapkan pada masalah nyata. Karena itu, Liturtara hadir sebagai platform yang mempertemukan pelaku usaha yang membutuhkan solusi dengan para pelajar, mahasiswa, dan profesional yang ingin belajar melalui kasus yang nyata. Dengan cara ini, literasi bukan hanya dipahami, tetapi digunakan untuk membantu UMKM berkembang dan bergerak maju.